CYCLING TOURISM
Bersepeda Di Kota Gorontalo, Berwisata Di Kota Sejuta Kenangan
Tour Merah Putih 2018 yang diselenggarakan oleh Manado Cycling Mania (MCM) akan mengambil rute Gorontalo-Manado dengan jarak tempuh yang direncanakan sekitar 400 km, dengan titik start di zero point Kota Gorontalo, Kota sejuta kenangan.
admin001 23 Aug 2018ENRICO H. RAWUNG
Tour Merah Putih 2018 yang diselenggarakan oleh Manado Cycling Mania (MCM) akan mengambil rute Gorontalo-Manado dengan jarak tempuh yang direncanakan sekitar 400 km, dengan titik start di zero point Kota Gorontalo. Seperti tour-tour sepeda lainnya, tentunya para perserta akan tiba di Kota Gorontalo satu hari sebelum kegiatan dimulai. Tulisan ini mencoba mengulas tentang destinasi-destinasi wisata yang menarik di Kota Gorontalo dan sekitarnya, yang mungkin bisa menjadi pilihan destinasi wisata para peserta sambil bersepeda krliling Kota Gorontalo dan sekitarnya selama berada di Kota Gorontalo.
Danau Limboto
Danau yang terletak di antara kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo merupakan Muara dari lima sungai besar yaitu Sungai Bone Bolango, Sungai Daenae, Sungai Bionga, dan Sungai Molalahu. Danau yang memiliki luas 3000 hektar ini menjadi habitat 94 Jenis burung yang 65% di antaranya adalah burung yang menetap di sekitar danau, sementara sisanya adalah burung migrasi dari belahan bumi utara maupun Selatan menuju wilyah tropis.
Sebagai danau yang menjadi kebanggaan orang Gorontalo, Danau Limboto menyimpan sebuah legenda yang dipercaya oleh masyarakat sekitar. Dahulu kala, daerah ini merupakan laut dengan dua gunung di tengahnya yakni Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila. Konon pada waktu itu seorang pemuda di daerah tersebut menikah dengan seorang bidadari bernama Mbui Bungale. Keduanya dianugrahi mustika sebesar telur itik yang kemudian menetas menjadi seorang bayi perempuan yang bersamaan dengan itu terbentuklah sebuah danau. Bayi tersebut kemudian menjadi pemimpin di daerah Limboto dengan nama Tulango Hula yang berarti cahaya bulan dan kemudian resmi menjadi Raja Limboto. Di danau yang baru terbentuk tersebut terlihat lima buah biji terapung yang memiliki harum jeruk. Karena itu konon sejak saat itu, danau menyandang nama Bulalo Lo Limu O Tutu yang artinya danau dari jeruk kayangan, dan kemudian danau tersebut populer dengan nama Danau Limboto.
Benteng Otanaha
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Gorontalo juga tak luput sebagai daerah jajahan bangsa asing. Karena letaknya yang strategis dalam jalur pencarian rempah-rempah membuat Gorontalo berhadapan dengan beberapa negara seperti Portugis, Spanyol serta Belanda yang meninggalkan sejumlah bangunan bersejarah seperti benteng.
Benteng Otanaha yang terletak di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat adalah salah satu peninggalan dari Portugis. Kawasan benteng ini dibangun pada abad ke-16 yang terdiri dari tiga buah benteng yang bterpisah yakni Otanaha Sebagai benteng utama, serta Otahiyu dan Ulupahu. Struktur bangunan ketiga benteng dalam kompleks ini terbilang unik. Ketiganya berupa susunan batu yang berbentuk lingkaran dan terbuka.
Waktu terbaik mengunjungi benteng adalah sore hari, dari benteng kita bisa melihat pemandangan danau Limboto yang berubah jadi keemasan tertimpa sinar matahari yang perlahan terbenam dihiasi lembayung senja nan indah.
Museum Pendaratan Presiden Soekarno
Museum Pendaratan Pesawat Ampibi Soekarno terletak di desa Iluta. Kecmatan Batuda’a, kabupaten Gorontalo. Sebuah rumah bercat putih dengan gaya arsitektur khas Eropa yang dibangun tahun 1936 menjadi saksi sejarah kedatangan Presiden Soekarno di Gorontalo.
Di dinding rumah yang awalnya berfungsi sebagai kantor residen Belanda ini terpampang foto lama berukuran besar yang menggambarkan suasana kedatangan Presiden Soekarno. Saat itu danau Limboto dijadikan sebagai bandara, sebagai landasan pendaratan pesawat amfibi.
Monumen Nani Wartabone
Sejarah membuktikan Gorontalo mendeklarasikan kemerdekaan dari penjajahan pada tanggal 23 Januari 1942, tiga tahun lebih awal dari Indonesia yang saat itu di Gorontalo kemerdekaan dinyatakan oleh Sang Pahlawan Nani Wartabone. Monumen Nani Wartabone yang terletak di jantung kota Gorontalo memang sengaja dibangun sebagai bentuk penghgormatan terhadap jasa dan semangat Juang Nani Wartabone, sang perintis kemerdekaan di Gorontalo. Patung setinggi 8 meter ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1987 olkeh C.J. Rantung Gubernur Sulawesi Utara ketika itu.
Pantai-Pantai Nan Indah Di Gorontalo
Dalam tulisan ini penulis sengaja tidak membahas satu persatu tentang pantai-pantai yang indah di Gorontalo. Ada dua alasan, yang pertama hampir semua pantai-pantai di Gorontalo sangat indah. dan alasan kedua, rute Tour Merah Putih 2018 yang akan dilewati para pesepeda peserta tour akan melewati beberapa pantai yang indah tersebut, yang direncanakan beberapa pit stop adalah di tepi pantai yang akan dijadikan tempat berfoto bersama. Beberapa foto-foto tersebut akan kami muat dalam situs ini, dan akan kami berikan uraian-uraian singkat nan informatif tentang destinasi-destinasi wisata pantai tersebut.
Demikianlah ulasan beberapa destinasi wisata yang menarik di Gorontalo, admin germasbersepeda.com sangat mengharapkan jika para perserta Tour Merah Putih 2018 mengunjungi destinasi-destinasi wisata tersebut, bisa mengambil foto dengan sepedanya dan kemudian posting di media sosial dengan tag ke media sosial germasbersepeda.com dengan tanda pagar #germasbersepeda.
https://www.strava.com/athletes/25017623
Penulis adalah seorang dokter, Direktur RSUD Noongan yang sejak kecil hobby bersepeda.
Photo Credit : Rengkong Wangsa
Opa Joe GCCC Tentang Rute Gowes Ke Noongan, “It’s AMAZING !â€
Rute gowes Tomohon-Danau Tondano-Kawangkoan-Noongan dijajal oleh beberapa pesepeda club GCCC dari Jakarta. Joe salah satu pentolan senior GCCC mengatakan rute ini sangat indah dan menawan.
admin001 09 Sep 2018Opa Joe GCCC, “It’s AMAZING !”
Rute gowes Tomohon-Danau Tondano-Kawangkoan-Noongan dijajal oleh beberapa pesepeda club GCCC dari Jakarta. Opa Joe salah satu pentolan senior GCCC mengatakan rute ini sangat indah dan menawan. Dari Tomohon Joe dkk menikmati kesejukan hawa bersih nan sejuk di antara bunga-bunga warna-warni yang indah, selanjutnya mereka menuju Benteng Moraya sebagai salah satu destinasi budaya bersejarah di Minahasa. Di benteng ini Joe dkk berfoto bersama dengan para penari kabasaran dan burung manguni jinak.
Selanjutnya rute gowes wisata ini dilanjutkan keliling danau tondano yang penuh suguhan pemandangan danau yang sangat “sedap dipandang mata”. Perjalanan dilanjutkan menuju Kawangkoan melalui Desa Parepei, Pulutan dan Tolog yang sejuk dan lanskape persawahan di kanan kiri jalan dengan jalan yang mulus dan relatif sepi dari hingar bingar kendaraan bermotor. So pasti udaranya sangat bersih dan segar.
Di Kawangkoan, tim gowes GCCC mampir sejenak di Rumah Kopi Gembira yang sudah eksis sejak tahun 1946, di sini kelompok pesepeda dengan logo tebu emas ini menikmati kopi susu dan bakpao yang super lezat. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke RSUD Noongan dimana salah satu pendiri GCCC dr Enrico H. Rawung MARS saat ini dipercayakan sebagai Dirut di rumah sakit yang lagi getol mengembangkan konsep hospital tourism. Di rumah sakit Noongan para pesepeda menikmati kesejukan angin sepoi-sepoi di hutan pinus sambil foto-foto di spot selfie yang dinamakan LORONG WAKTU oleh dokter Enrico. “Kalau sudah foto di lorong waktu hutan pinus ini, biasanya sekembali ke tempat kerja di daerah asal, rejeki dan level jabatan naik”, setengah becanda dokter Enrico kepada kawan-kawannya yang sudah berkawan sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Di Noongan, para pesepeda yang adalah para profesional di berbagai bidang ini menikmati teh hangat dan pisang goreng racikan ibu Ivone Pangaila.
Perjalanan balik ke Tomohon diiringi sedikit gerimis hujan dan tanjakan menantang menuju penginapan Gardenia Tomohon.
Di titik finish, Pak Joe menjawab singkat dengan berseri-seri ketika ditanyakan oleh germasbersepeda.com tentang kesannya bersepeda di Tomohon-Minahasa, “It’s AMAZING, puji Tuhan”, tutupnya.